Biologi Konservasi
Burung maleo (Macrocephalon maleo) adalah burung endemik yang dapat dijumpai di Kepulauan Sulawesi. Burung maleo biasanya ditemukan di hutan pegunungan dan hutan pantai di Sulawesi Tenggara. Telur burung maleo menarik perhatian karena ukurannya lebih besar dari telur ayam dan memiliki kandungan protein yang lebih banyak. Hal ini yang menyebabkan kelestarian burung maleo terancam karena perburuan terhadap telurnya (Taufik dkk., 2020).
Burung maleo termasuk maskot Sulawesi Tengah berdasarkan SK. No. Kep 188.44/1067/RO/BKLH tanggal 24 Februari 1990. Burung ini memiliki kapseti (cephalon) berwarna hitam pada bagian atas kepala, berbulu hitam di bagian dada dan sayap, tetapi dada burung ini berwarna putih agak kemerahan serta kaki yang kuat berwarna abu-abu. Bobot burung maleo sekitar 1500-1800 gram dengan bobot telur 160-285 g (Hafsah dkk., 2009).

Burung maleo sudah termasuk dalam redlist IUCN dengan status Endangered. Burung maleo hampir punah karena beberapa hal, contohnya pengambilan telur, perusakan habitat, pembukaan hutan secara massal, dan perburuan burung. Ancaman dari predator seperti burung elang, biawak, ular, dan anjing menjadi faktor penyebab hampir kepunahan tersebut. Predator-predator tersebut pada umumnya menghampiri nesting ground dimana ada telur burung maleo di dalamnya (Poli dkk., 2016).

Terdapat beberapa cara untuk membantu kepunahan burung maleo, contohnya pengawasan terhadap telur burung maleo. Setelah menetas, anak burung male dipindahkan ke tempat penangkaran. Sebagai mahasiswi biologi, hal yang dapat saya lakukan dalam membantu pencegahan kepunahan burung maleo melalui sosial media. Sosial media tersebut saya manfaatkan sebagai saran edukasi mengenai burung maleo dan cara mencegah kepunahan burung tersebut. Sosial media juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana meningkatan awareness mengenai pentingnya menjaga kelestarian fauna endemik, hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat tagar #saveburungmaleo.
Hal lain yang saya lakukan adalah mendukung lembaga-lembaga konservasi. Saya dapat menjadi volunteer untuk memberikan sosialisasi terhadap masyarakat pentingnya menjaga fauna-fauna yang hampir punah, terutama burung maleo di lokasi burung ini tinggal. Saya yakin akan ada banyak orang yang tergerak untuk mencegah kepunahan burung maleo melalui sosialisasi tersebut.
Daftar pustaka:
- Taufik., Nafiu, L. A. dan Aku, A. S. 2020. Karateristik telur burung maleo (Macrocephalon maleo Muller 1846) di Kecamatan Maligano Kabupaten Muna. Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo 2 (1): 103-109.
- Hafsah., Yuwanta, T., Kustono. dan Djuwantoko. 2009. Karateristik tanah dan mikrolimat habitat burung maleo (Macrocephalon maleo) di Taman Nasioanl Lore Lindu Sulawesi Tengah. Jurnal Manusia dan Lingkungan 16 (2): 75-80.
- Poli, Z., Poli, B. dan Paputungan, U. 2016. Tingkah laku bertelur burung maleo (Macrocephalon maleo) di Muara Pusian Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Kecamatan Dumoga Timur Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal Zootek 36 (2): 289-301.
sangat menarik informasi dan rencana-rencananya untuk menjaga kelestarian burung maleo. Trimakasih!
sangat inspiratif, semoga terlaksana ya
Mantupppp…burung maleo emang sudah tau kalau punah tetapi dengan adanya informasi jadi tahu gimana harus bertindak…terima kasih
Burungnya sangat indah ya, ayo kira sama-sama melestarikan burung maleo agar dapat dilihat oleh anak cucu kita 👍
Sangat informatif sekali! Semoga rencana konservasinya dapat terwujud ya. Salam konservasi!
wah menarik sekali artikelnya, sangat informatif dan kreatif! Semoga aksi konservasinya dapat terealisasikan ya