Kehidupan kerja sering kali melibatkan dorongan dan tarikan berbagai tuntutan yang kontradiktif. Dokter dan perawat perlu menyediakan perawatan kesehatan berkualitas tinggi dengan biaya terendah; musisi ingin mempertahankan integritas artistik mereka sambil juga membuat sekantong penuh uang. Seorang guru harus menerapkan disiplin yang kuat untuk kebaikan kelas – menjadi “kejam untuk menjadi baik”.
Diseret ke dua arah yang berbeda, secara bersamaan, seharusnya hanya menciptakan ketegangan dan stres. Namun beberapa penelitian yang menarik dan sangat kontra-intuitif menunjukkan bahwa konflik ini sering kali menguntungkan kita. Selama serangkaian penelitian, psikolog dan ilmuwan organisasi telah menemukan bahwa orang yang belajar menerima, bukannya menolak, tuntutan yang berlawanan menunjukkan kreativitas, fleksibilitas, dan produktivitas yang lebih besar. Kendala ganda sebenarnya meningkatkan kinerja mereka.
Para peneliti menyebutnya sebagai “pola pikir paradoks” – dan tidak pernah ada waktu yang lebih baik untuk mulai mengembangkannya.
Berpikirlah seperti Einstein
Meskipun konsep ini mungkin terdengar berlawanan dengan intuisi, ini terinspirasi oleh sejarah panjang penelitian yang menunjukkan bahwa kontemplasi terhadap kontradiksi yang tampak dapat mematahkan asumsi kita, menawarkan cara yang sama sekali baru untuk melihat masalah.
Dalam lingkungan perusahaan, merangkul paradoks dapat memicu kreativitas, efisiensi, dan inovasi, meskipun tampaknya kontra-intuitif untuk melakukannya.
Psikiater Universitas Harvard Albert Rothenberg adalah orang pertama yang menyelidiki gagasan itu secara formal, dengan sebuah penelitian pada tahun 1996 tentang para jenius yang terkenal. Mewawancarai 22 peraih Nobel, dan menganalisis catatan sejarah almarhum ilmuwan yang mengubah dunia , ia mencatat bahwa setiap pemikir revolusioner telah menghabiskan banyak waktu “secara aktif memahami banyak hal yang berlawanan atau antitesis secara bersamaan”.
Einstein, misalnya, merenungkan bagaimana sebuah benda bisa diam dan bergerak bergantung pada posisi pengamat, suatu pertimbangan yang pada akhirnya mengarah pada teori relativitasnya. Fisikawan Denmark Niels Bohrt mencoba mendamaikan cara energi bertindak seperti gelombang dan partikel: keadaan yang ada secara bersamaan, meskipun tidak dapat diamati bersama. Alur pemikiran ini akhirnya mengilhami pemahaman baru yang mengejutkan tentang mekanika kuantum.
Selain para ilmuwan ini, Rothenberg telah memeriksa biografi dari banyak penulis pemenang penghargaan, yang menunjukkan bahwa kreativitas mereka juga sering dipicu oleh kontemplasi atas ide-ide yang tidak dapat didamaikan. Ambil contoh penulis drama Eugene O’Neill. Rothenberg menunjukkan bahwa drama The Iceman Cometh tumbuh dari karakter Hickey yang berkeinginan agar istrinya setia dan tidak setia padanya – pada saat yang bersamaan.